Monday, March 28, 2011

Ditampar Oleh Iqbal

Warning, membaca tulisan ini akan membuat Anda merasa campur aduk! :D

Buat kamu yang pemalas *eh, termasuk saya?*, kamu 'wajib' malu terhadap bocah bernama Muhammad Iqbal! Dia adalah pelayan di sebuah rumah makan sate di Tegal. Masih berusia 12 tahun, dengan cekatan ia melayani semua tamu plus bahasa yang santun dan senyum yang selalu mengembang.

Sosok Iqbal sangat mencolok bagi saya di warung sederhana itu.

Ketika saya tanya, "Kamu kelas berapa?"

"Saya gak sekolah, Mbak", jawab bocah polos itu

Deg!

Ya, Iqbal yang menarik perhatian saya tadi, sudah tidak bersekolah lagi. Ia hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 4 SD. Orang tuanya sudah berpisah, dan sekarang ia ikut dengan Mbahnya.

Pikiran saya campur aduk ketika itu. Saya selama ini tidak pernah berbincang dengan anak semacam Iqbal, yang terpaksa tidak bersekolah, tapi tetap punya semangat yang tinggi. Di mata saya, Iqbal sangat berpotensi untuk sukses di kemudian hari. Okelah, saya hanya bertatap muka selama satu jam, tapi saya bisa lihat 'modal' untuk maju itu ada di mata dan sikapnya.

Jika dalam usia semuda itu sudah memiliki etos kerja yang tinggi, maka hasilnya akan dahsyat ketika ia mendapatkan akses informasi dan pergaulan yang tepat..... Bayangkan juga ketika seluruh anak Indonesia, dididik untuk memiliki etos kerja dari usia sedini mungkin (saya pikir usia 4 tahun, bahkan kurang dari itu sudah bisa diajari hal ini) serta berperan aktif dalam perekonomian.

Pikiran saya melayang juga kepada anggaran pemerintah terhadap hal-hal yang 'kurang penting', seperti biaya perjalanan anggota dewan ataupun remunerasi yang kurang tepat. Jika semua itu dialokasikan untuk membiayai pendidikan warga negaranya, setidaknya untuk tingkat SD, dengan catatan kurikulum yang telah terprogram dengan baik, maka bukan tidak mungkin negara kita bisa kaya.

Gue: "Eh, negara kita kaya kok! Buktinya SDA ada dimana-mana."
Saya: Plakkkk! "Ngimpi ya kamu? Menjual SDA tanpa penanganan yang tepat dan penambahan nilai itu bisa membuat kita cepat bangkrut!"

Well, intinya mau bilang, kalau terkadang tidak semua orang beruntung untuk bisa menempuh pendidikan. Maka bersyukurlah buat kamu yang sudah dapat kesempatan untuk mencicipinya. Oh ya, selain itu, juga mau bilang bahwa ketika kamu merasa hidup kamu 'pahit', maka ingatlah tentang kisah Iqbal, bocah ulet yang selalu tersenyum ketika menyapa pelanggan.

PS: Sayang sekali saya gak sempat foto sama Iqbal, karena dia terlalu sibuk melayani pembeli di warung itu.

No comments:

Post a Comment