Friday, February 11, 2011

Mereka Memalsukan Kisahku

Ada yang memalsukan kisahku. Mereka bilang bahwa aku belajar kepada para ulama bersama bocah-bocah keraton yang kolokan. Kenyataannya: Aku belajar kepada burung untuk memahami bahasa sayap dan keajaiban kicauan.


Ada yang memalsukan kisahku. Mereka bilang bahwa aku belajar ke Batavia. Kenyataannya: Aku lebih belajar becermin di gelombang laut.

Ada yang memalsukan kisahku. Mereka bilang bahwa aku belajar ke Makkah. Kenyataannya: Aku lebih menyukai menatap segala piramida di mesir, aku lebih memahami keindahan Al Quran dan segala tafsir.

Ada yang memalsukan kisahku. Mereka bilang bahwa aku belajar tentang tasawuf. Kenyataannya: Aku belajar kepada nur Muhammad. Aku belajar kepada Cahaya Mahacahaya.

Ada yang memalsukan kisahku. Mereka bilang bahwa aku memiliki banyak guru sesat. Kenyataannya: Aku hanya bercakap tentang hujan dengan Syekh Muhammad Arsyad Banjar, hanya bercakap tentang gunung dengan Haji Abu Bakar Bugis, hanya bercakap tentang matahari dengan Sayid Ghulam Al Rasul Al Kandahari, hanya bercakap tentang hati dengan diri sendiri.

Ada yang memalsukan kisahku. Mereka bilang bahwa jasadku wangi. Kenyataannya: Harum hanya milik Sang Mahahati.

***

Diambil dari penggalan Kisah Dua Belas Kisah karya Triyanto Triwikromo. Nampaknya terinspirasi dari gurindam dua belas milik Raja Ali Haji

2 comments:

  1. Saya suka dengan gaya satire halus, dan dimensi pembandingan yang diangkat di tulisan ini.

    Sastra itu wajah beradab manusia, masih berusaha memperlihatkan sisi itu, tanpa harus menunjukkan sisi lemah dan rapuh di hadapan manusia lain.

    ReplyDelete
  2. Dari tulisan ini, saya belajar, bahwa jangan terlalu cepat menghakimi orang.

    Satu yang menarik dari potongan kisah ini adalah berulang kali menyebutkan kata belajar. Saya pikir, belajar bisa dilakukan dimana saja, dari siapa saja. Nampaknya masih banyak orang yang terlalu terpaku darimana dan dengan siapa kita belajar. Lalu dengan cepat mengambil kesimpulan.

    ReplyDelete