Tuesday, October 5, 2010

Wanita & Kehidupan Malam

Tadi malam, saya sempat menonton liputan seputar dunia malam di sebuah stasiun televisi swasta. Pada episode kali ini, ia lebih banyak membahas tentang pekerjaan model di pub.

Hmmm..... Saya perhatikan, para wanita yang tersorot kamera saat itu menunjukkan gurat yang gembira dan mungkin tampak euphoria. Tak ada rasa canggung ketika mereka memamerkan lekuk tubuh mereka dan bergoyang kesana kemari.

Banyak pikiran yang berkecamuk di kepala saya. Saya membuat beberapa pertanyaan:
1. Faktor apakah yang membuat mereka tertarik dengan hal seperti itu? Keluarga? Desakan pergaulan? Coba-coba? Atau lainnya?
2. Apakah dunia malam dan kegemerlapannya dapat membuat mereka merasa lebih bahagia & berharga?
3. Apa yang mereka cari darinya?
4. Seperti apa kehidupan mereka 10 tahun dari sekarang?
5. Apakah mereka (akan) memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia?
6. Tipe lelaki mana yang hendak memperistri mereka?
7. Jika mereka memiliki anak perempuan, relakah jika anak perempuan tersebut mengikuti jejak mereka?
8. Bagaimanakah gurat wajah itu dalam kurun waktu 10-20 tahun dari sekarang? Apakah masih tersirat kebagiaan (yang fana) itu?
9. Dimanakah mereka memposisikan moral & agama dalam kehidupan mereka?
10. Bagaimanakah pola pengasuhan & pendidikan yang para wanita tersebut terima sewaktu kecil?

Ah, entahlah. Saya ingin sekali bisa mengamati kehidupan setidaknya salah satu dari mereka untuk bisa membuktikan premis yang saya miliki. Tapi pertanyaannya, siapakah yang bersedia menjadi responden saya?

#pikiran aneh di tengah kesibukan dan tugas yang menggunung

8 comments:

  1. mau jawab buat pertanyaan nomor 4 nya.

    aku baruu aja baca ttg profesi model (ini sih model catwalk ya), yang ternyata mereka cuma kepake sampe umur 24 tahun. setelah itu ya diganti sama yg lebih muda dan masih lebih fresh...

    ReplyDelete
  2. The external beauty doesn't last forever eh?

    Jadi penasaran, sebenarnya bagaimana definisi kebahagiaan menurut mereka ya?

    ReplyDelete
  3. 1. Bertahan hidup. Mereka butuh uang untuk bertahan hidup, dan karena "badan" buat mereka adalah aset, maka mereka mengonversi badan mereka menjadi komoditas transaksi, dengan cara : dipertontonkan di ruang publik.

    2. Saya tidak tahu. Mungkin Mutya perlu lebih mengkuantifikasi lagi, apa saja komponen dari kebahagiaan ? Dan, definisi bahagia, dalam pandangan Mutya itu, apa ?

    3. Pendapatan, aktualisasi diri, pergaulan, dan apresiasi. Asumsi saya, terbanyak karena menginginkan pendapatan berbentuk uang.

    4. Ini, susah menjawabnya. Tergantung usia juga sih. Hanya, untuk para penampil di pub, stripper, dan model, harus selalu menjaga aset mereka jika masih ingin laku di panggung. Kalau tidak bisa aset mereka sudah rontok onderdilnya, ya harus ganti profesi, menjadi pemilik pub dan menciptakan lapangan kerja buat model dan stripper lain misalnya ?

    5. Tergantung. Kembali ke poin 2. Ada beberapa yang saya tahu, mereka melakukan itu untuk membiayai kuliah, atau menopang hidup. Soal kebahagiaan, itu dikembalikan ke prinsip hidup masing- masing.

    6. Menurut saya, yang mampu memahami kehidupan mereka juga, dan itu, bukan saya.

    7. Kemungkinan besar, tidak. Madonna tidak mau anaknya berpakaian seksi. Kim Basinger malu ketika anaknya tahu dia pernah main film biru. Tetapi, biasanya blunder, si anak akan menuntut Ibunya, bahwa mereka tidak konsisten. Jadinya, lingkaran setan. Oleh karena, buat orang tua dan calon orang tua, anak akan melihat orang tuanya bersikap, ini sudah kodrat Homo sapien, yaitu mengobservasi lingkungan, jadi : waspadalah !

    8. 10- 20 tahun lagi ? Tergantung gurat sebelah mana yang Mutya maksud. Kalau menggunakan operasi plastik, mungkin masih bisa dipertahankan.

    9. Standar moral masing- masing individu berbeda. Batasan moralnya pun berbeda. Kalau agama, hmm, mungkin agama diletakkan di rumah ibadah saja. Dan sesekali berkunjung buat bersih- bersih. Tuhan memang Mahatahu, tapi Dia kan diam saja. Cuma manusia yang sok cerewet mengatur standar moral.

    10. Kebanyakan, dari keluarga yang bermasalah, atau tidak punya keluarga.

    Begitulah Mut, iseng nih ya, coba baca ini : http://regional.kompas.com/read/2010/10/10/15413267/Germo.Cilik.Pimpin.PSK.Cilik.-8

    ReplyDelete
  4. @ kak Galih:

    1. Hmm, btw saya kenal dengan beberapa orang yang terjun ke dunia malam. Tapi tidak pernah menanyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada mereka. Salah satu yang saya kenal, saya rasa tidak punya masalah dengan keuangan karena ia memiliki keluarga yang kaya raya & sejauh yang saya tahu keluarganya baik-baik saja.

    2. Definisi bahagia menurut saya adalah ketika seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan dan hati serta akalnya menerima keadaan itu. Kalau ada sedikit saja perasaan gak enak, maka itu belum bisa disebut bahagia.

    Saya bahagia kalau bisa membuat keadaan di sekitar saya juga merasakan kebahagiaan; mereka mencintai saya & sebaliknya; saya dapat mengekspresikan diri; dst dst dst. Itu masuk komponen kebahagiaan gak?

    6. Saya pernah baca artikel tentang seorang mantan PSK yang terkena HIV AIDS. Sekarang ia sudah keluar dari dunia malam tersebut dan menikah dengan mantan pelanggannya. Luar biasanya,laki-laki itu tak mempermasalahkan bahwa istrinya mengidap HIV AIDS. Dan ia tahu sejak sebelum menikah dengan mantan PSK itu. Ckckckck....

    7. Fuuuhhh, susah juga ya. Lingkaran setan gitu gimana mutusnya?

    9. Oh ya, saya tidak hendak membuat judgement kepada mereka karena saya tidak tahu latar belakang mereka. Hanya penasaran saja, karena pernah membaca artikel tentang seorang artis yang sewaktu kecil dibiasakan mengaji tapi ketika dewasa berpakaian yang yah.... begitulah :D *ini mah pengaruh pergaulan kali ya?*

    Tadi udah baca link yang kakak kasih. Heuuu, serem ya. Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mereka?

    ReplyDelete
  5. 1. Iya, sepakat. Salah satu motifnya memang : apresiasi. Variabelnya banyak sih Mut.

    2. Iya.

    7. Saling menasehati dalam kebaikan. Peduli dengan sesama. Gunakan pengetahuan kita untuk melindungi orang- orang yang kita sayangi. Gunakan pengetahuan kita untuk berbagi pemahaman, dan bergaul dengan semua kalangan.

    [Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mereka? ]Mereka dan kita tepatnya Mut. Mungkin, kita berpikir bahwa "kita" lah yang "menyelamatkan" mereka. Namun, di sisi lain, kalau kita tidak melakukan itu ( memberikan pemahaman ke mereka), maka, peluang untuk orang terdekat kita, selain kita, untuk terpengaruh aktivitas yang mereka lakukan, semakin besar. Contohnya : adik, sepupu, keponakan. Tidak ada jaminan bahwa anggota keluarga kita tidak terpengaruh.

    So, perkuat iman diri, bergaul dengan semua kalangan, berdiskusi dengan semua kalangan yang punya kontradiksi, perluas pengetahuan, dan berbagi kebaikan :)

    NB : Nonton ini Mut : Perempuan Punya Cerita, dari Kalyana Shira, bagus !

    ReplyDelete
  6. Hooo, jadi bukan hanya mereka yang perlu diselamatkan ya....

    Eh, baru nyadar. Bener juga kalau gurat wajah mereka bisa terus dipertahankan dengan operasi wajah. Tapi, mata tidak bisa membohongi kan? *for most of the time, I think*

    Baiklah, ntar ditonton, insya Allah :D

    ReplyDelete
  7. Sekedar bahan bacaan, tadi baru nemu postingan bagus di http://terangbulan.wordpress.com/2010/02/23/urusanku-atau-urusanmu/#more-167

    Nampaknya bisa sedikit beririsan dengan tulisan saya.

    ReplyDelete
  8. pemikiran itu satu simpul denganku mut. :) banyak yg aku pikirkan, terlalu banyak malah bahkan jadi ghibah. :p
    berdasarkan pandanganku ada beberapa faktor esensial:
    1. mereka perlu uang..dengan sekelumit kehidupan yang dewasa ini segalanya susah terjangkau bahkan untuk membeli yang paling esensial sekalipun (baca:sembako).
    2. pendidikan akan mengantarkan kita pada jenjang intelektual (papa alda, 2010). nah, berangkat dari quotes diatas km bisa mendeskripsikan sendiri terhadap mereka2 yang memilih shortcut ini.
    3. berangkat dari poin 2 awalnya mereka ragu..tetapi nyatanya nafsu duniawi mungkin sudah mengalahkan logika dan keimanan. lama kelamaan mereka lupa terhadap apa yang seharusnya mereka JAGA, tentunya ISI agama mereka.
    4. pekerjaan ini, yang ternyata merupakan shortcut yang sangat cepat mendatangkan uang melimpah pada akhirnya membutakan mata,hati,pikiran. Mereka semakin nihil identitas karena LINGKUNGAN mereka adalah SAMA. kita tau sendiri betapa lingkungan bisa sangat kuat membentuk wacana sebuah karakter5. :)
    5. wallahu'allam.

    :) :)

    ReplyDelete