Thursday, October 14, 2010

Konco Wingking

Malam ini, pikiran saya terusik (untuk kesekian kalinya) dengan pembicaraan mengenai peran wanita dalam kehidupan pria. Pembuat gara-garanya adalah sahabat saya (panggil saja Jeng Rahayu) yang baru saja berbicara panjang lebar tentang topik tadi.

Sahabat saya bercerita bahwa salah satu kenalannya mengatakan bahwa [pesan berantai, nampaknya ;)) ] 'Wanita itu berada di belakang laki-laki. Bertugas sebagai pendorong (kesuksesan) lelaki.

Ingatan saya terbang ke tiga tahun yang lalu. Dulu, saya pernah bertanya pada teman kuliah saya,

'Kenapa istri dalam term Jawa disebut konco wingking? Kok sepertinya merendahkan sekali.' (Maklum, saya sempat terpengaruh pemikiran feminis. Oops!)


'Gini Mut, bukan maksud kami untuk merendahkan kalian. Hahhhh..... Susah ngomongnya, mending saya praktekin aja ya.', ucap Tukul (Bukan nama asli. Hehehe)

Tukul kemudian menyuruh Parjo (korban percobaan) untuk berdiri di belakang Tukul sambil mengulurkan tangannya untuk digenggam oleh Parjo.

'Nah, ini loh yang namanya konco wingking. Wanita itu berada di belakang untuk dilindungi. Mirip kayak orang mau nyeberang jalan, lelakinya berada di depan supaya ia bisa mengarahkan wanitanya sambil melindungi.', lanjut Tukul


Saya tidak tahu apakah penjelasan Tukul tersebut benar atau tidak. Tapi yang pasti, saat itu saya benar-benar terkesima dengan penjelasannya. [Oh, kalau ada yang tahu konsep sebenarnya, mohon beritahu saya :D ]

Bagi saya, wanita memang berpengaruh pada kesuksesan pria. Mulai dari ibunya yang telah mengandung dan mendidiknya sampai gebetannya (atau istrinya?) yang telah memberikan motivasi untuk mencapai tingkat kesuksesan tertentu.

Sebagian orang berpendapat bahwa dengan menjadi konco wingking, para wanita tidak boleh menjadi terlalu ter-expose. Ter-expose dalam artian dia tidak boleh lebih berprestasi dari suami, karena prestasi=power. Padahal power erat kaitannya dengan hormon testosteron. Dan, mereka berkata bahwa jika power suami dikalahkan oleh istri, maka harga dirinya akan terluka.

Oke, itu pendapat mereka. Lalu ini pendapat saya:


  1. Wanita yang hebat, juga tak terlepas dari lelaki yang hebat. Justru kalau istrinya bisa berprestasi, suaminya juga perlu dipuji. Berarti, kemungkinan besar, suaminya dapat membimbingnya dengan baik dan kehidupan pernikahan mereka bahagia. Orang bisa berprestasi salah satunya karena lingkungan yang kondusif.
  2. Pria biasanya akan memegang peranan yang dominan. Tapi, untuk bisa tampil di depan publik, saya rasa itu masalah strategi dalam keluarga tersebut. Ini seperti pembagian peran menjadi PR dalam perusahaan (katakan saja begitu). Beberapa orang dilahirkan introvert, maka dia lebih bebas untuk mengarahkan dari balik layar. Jadi, jika suami bersifat intorvert dan istrinya bersifat ekstrovert, tak ada salahnya jika istrinya yang berperan sebagai PR yang notabene lebih 'ter-expose'.
  3. Bisa beprestasi adalah hak untuk semua orang. Tak peduli apa gendernya. Ketika istri lebih sukses dari suami, itu hal yang sangat mungkin terjadi. Tapi, sebaiknya, istri tetap menghormati suami karena bagaimanapun lelaki sangat suka merasa gagah (bukan begitu Pak Mario? *sambil ngelirik foto Pak Mario Teguh yang sedang tersenyum)
  4. Konsep power tiap orang itu berbeda. Ada yang merasa powerful karena harta, pendidikan, tahta, dll.
    Jadi harga diri orang juga bergantung atas konsepnya terhadap power. *sotoy gila*
So, apa tujuan saya untuk menulis ini? Hmmm.... Hanya ingin berbagi cerita tentang konsep konco wingking dan mungkin sambil menunggu konco ngajeng *Lho?* Untuk menyeberang jalan maksudnya. Hehehe :P

No comments:

Post a Comment