Tuesday, May 6, 2008

baca novel: Ketika Cinta Bertasbih

Udah lama rasanya gw gak baca novel. Seinget gw, terakhir gw baca novel itu 'Ayat-Ayat Cinta' karya Habiburrahman alias Kang Abik. Itupun sudah beberapa bulan yang lalu, tepatnya Oktober 2007 waktu Ramadhan di desa Nenek gw tercinta, di Purwosari, suatu daerah di perbatasan Jatim ma Jateng dekat Cepu.

Wow, udah lama banget yah. Pantesan aja kalbu ini berasa kering ---hahaha, lebay---

Nah, di saat gw membutuhkan bacaan yang dapat mencerahkan pikiran gw, gw menemukan bacaan yang bagus banget. Karya lain dari Kang Abik, 'Ketika Cinta Bertasbih'.

Secara gak sengaja, waktu gw maen ke tempat Pakdhe di kawasan Kebon Jeruk Jakarta, gw ngelihat buku Ketika Cinta Bertasbih episode 1 sedang bertengger dengan manis di meja belajar kakak sepupu gw, Ayu.

'Hah? Apaan tuh?'


'Kok ada buku judulnya umm, rada gak biasa di meja Mbak Ayu?'

'Lho, tumben amat si Mbak beli buku beginian, biasanya dia kan jarang baca buku yang berhubungan ama agama. Ya Allah, alhamdulillah, akhirnya Mbak Ayu.....', batin gw waktu itu ---jadi terharu---

'Mbak,' tanya gw, 'ini buku Mbak yang beli?'

'Oh, itu dibeliin ama Pakdhe (bapaknya)', jawab Mbak Mira, adek Mbak Ayu.

Oh, kirain Mbak-Mbak ku ini yang berinisiatif......

Set. Sejurus kemudian gw langsung membuka buku yang terdiri dari dua episode itu.

Kesan pertama, hmm, ni buku kok rada ribet sih bahasanya.... Lagian, di awal buku, kurang jelas siapa nama tokoh utamanya

Eits, tapi tunggu dulu, kok lama-lama buku ini berasa bagus juga. Jauh lebih realistis dari 'Ayat-Ayat Cinta' karena tokoh-tokoh yang ada bukan tipe manusia yang sempurna seperti Fahri.

Contohnya, si Abdullah Khoirul Azzam, anak Al Azhar yang sudah veteran karena selama sembilan tahun harus berjuang menyelesaikan kuliah S1 nya di saat Furqan, temen seangkatannya udah mau kelar S2.

Diantara banyak tokoh yang ada, gw paling suka ama Si Azzam, a.k.a Mas Insinyur a.k.a Irul adalah seorang anak yatim yang harus bekerja sebagai pembuat tempe dan bakso di Negeri para Nabi itu untuk membiayai kebutuhan hidupnya sendiri maupun keluarganya yang nun jauh di Kartasura. Sedangkan di Tanah Air, ada seorang ibu yang sangat mendambanya pulang. Begitu pula dengan ketiga adik perempuannya, yaitu Husna, Lia dan Sarah (seorang adik yang tak pernah ia lihat karena sewaktu ia berangkat ke Cairo, Sarah masih di dalam kandungan ibunya)

Di Cairo, Azzam tinggal di suatu apartemen sederhana bersama enam orang temannya, yaitu Hafedz, Fadhil, (aduh, gw lupa siapa aja namanya).

Tokoh Azzam,menurut gw, adalah orang yang keukeuh kalo udah punya pendapat, pekerja keras namun sejujurnya hatinya sangat lembut. Dia orang yang tulus dalam membantu orang lain, termasuk orang yang baru saja ia temui.

Dan berkat kebaikan hatinya itu, ia dapat bertemu dengan seorang perempuan yang menawan hati, yaitu Anna Althafunnisa. Gadis yang luar biasa cantik, shalihah dan pintar.

Sebelum bertemu dengan Anna, ia pernah berusaha melamar Anna ---hmm, aneh, belum ketemu tapi udah mencoba melamar, udah gitu, dia gak tau waktu nolongin Anna, itu adalah cewek yang pernah dia lamar. hahahaha...kocak, tapi manis....---

Walaupun Azzam sering diolok-olok dengan julukan Insinyur Tempe, dia memiliki harga diri yang tinggi. Hal ini dapat terbukti ketika ia menghadapi Eliana, putri Dubes Indonesia, lulusan EHESS, Perancis. Eliana pernah hendak memberikan suatu hadiah berupa french kiss karena telah membantu Eliana keluar dari suatu masalah.

Tapi, dengan tegas, Azzam menolak ciuman itu ---widiiiihhh, kok ada cowok yang nolak gitu di zaman sekarang, jarang amat.... Seandainya Azzam itu nyata.... Hihihi....--- karena ia menganggap seandainya ia ciuman dengan orang yang bukan muhrim, maka ia telah mengotori dirinya dan diri perempuan tersebut. Subhanallah....

Jujur, dengan membaca 'Ketika Cinta Bertasbih', gw jadi berpikir kalo gw merindukan nuansa yang islami seperti itu. Selain itu, gw jadi terbesit keinginan untuk, ehmm, menikah. Yah, menikah dalam waktu dekat dengan orang yang tepat. Serius!

Orang yang tepat itu....itu... Ehm, jujur, gw juga bingung kalo ditanya tentang itu. Tapi, satu yang gw tau, kalo dia harus orang yang benar-benar mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi dirinya sendiri. Kalo dia sudah mencintai Allah dan RasulNya, insya Allah dia dalam keadaan selalu bersyukur dan ikhlas dengan cara beribadah dengan hanya mengharap ridhaNya.

No comments:

Post a Comment