Monday, August 13, 2012

Lessons Learned from Miyuki Inoue & Michiyo Inoue

Merasa selalu ada kekurangan dalam fisik? Jangan. Kita perlu belajar pada sepasang anak beranak dari Jepang ini, Michiyo & Miyuki Inoue. Miyuki terlahir 500 gram, tanpa seorang ayah. Tak hanya itu, untuk menjamin keselamatan dirinya, ia menjadi buta akibat intensitas oksigen yang tinggi dalam inkubator. 

Meskipun begitu, Miyuki mampu bertahan hidup. Bahkan wanita yang terlahir 21 Agustus 1984 ini memiliki ketrampilan & kemauan yang mungkin tidak dimiliki mereka yang terlahir normal. Ia mampu menjuarai kompetisi menulis; menaiki sepeda & skuter; melakukan berbagai macam olahraga (senam lantai, berenang, trampolin, roller blade, voli untuk tuna netra, ground golf & maraton) beragam kesenian (menggambar, mematung, kolase kertas, memaku & memalu) serta mampu mengurus pekerjaan rumah. 

Lalu, faktor apa yang membuat Miyuki bisa melakukan itu? IMO, didikan dari Ibunya. Michiyo berasal dari keluarga yang berantakan. Diabaikan Ibu kandungnya sendiri, tak mengenal kasih sayang Ayah, serta nyaris dilecehkan kekasih Ibunya. Semua itu menjadikan Michiyo tumbuh menjadi perempuan yang tangguh. Ia tak mengenal sosok Ibu, sehingga Michiyo lebih pantas jika disebut berperan sebagai ayah bagi Miyuki. 

Jika pada umumnya Ibu bersifat lemah lembut, Michiyo lebih tega dalam mendidik anak. Karena ketetapan hatinya membiarkan Miyuki merasakan akibat dari setiap keinginan yang terlontar, membuat Miyuki berkembang menjadi wanita yang sama tegarnya. Miyuki menjadi wanita yang dewasa serta mandiri. Ia juga mengajari Miyuki tentang harga diri. Akan tetapi, setega-teganya Ibu, tetap saja Michiyo menangis ketika melihat Miyuki berdarah saat berlatih sepeda. Atau setidaknya memiliki dorongan --yang amat sangat ia tahan-- untuk menolong anaknya. 

Coba perhatikan juga nilai etos kerja yang tinggi yang diwariskan dari Michiyo terhadap Miyuki. Meskipun cacat secara fisik, bukan menjadi alasan bagi Miyuki untuk bergantung secara finansial kepada Ibunya. Ia ingin menjadi perawat panti jompo. Lalu, mau beralasan apalagi bagi orang yang berfisik normal untuk tidak mandiri?

PS: gambar diambil dari sini

No comments:

Post a Comment