Monday, December 30, 2013

Bersedia, Siap, Yak!

Akhir pekan lalu, saya menjalani tes pengambilan sabuk dari suatu aliran pencak silat. Jika ditanya dua tahun yang lalu, mungkin tak akan pernah terbayang bahwa saya akan berubah dari sekedar penikmat tontonan bela diri menjadi pelaku. Saya, yang dalam penghakiman diri sendiri maupun beberapa orang, memiliki tubuh yang rentan sakit dan klemar-klemer. Tak heran jika mereka kaget sekali mendengar saya sekarang berlatih pencak silat.

Acara dimulai dari jam 7 malam hingga jam 7 pagi. Tanpa tidur, bertentangan dengan apa yang kami pikir sebelumnya :)). Jadwalnya lumayan padat. Kami menjalani tes di tiga pos. Dua pos untuk pelatihan fisik dan satu untuk pelatihan mental. Istirahat untuk makan asupan karbohidrat, lalu dilanjut dengan jurit malam. Setelah jurit malam, kami harus mengambil sabuk di dalam kompleks makam. Tujuannya adalah untuk mengingat bahwa nantinya, kami akan jadi penghuni makam. Di samping itu, untuk mengalahkan ketakutan diri sendiri. Saat kami kira acara telah selesai, ternyata dilanjutkan dengan tes sambung.


Lawan sambung saya adalah mbak dengan sabuk tingkat jauh di atas saya. Entah karena beruntung atau bagaimana, tangan saya mampu menepis beberapa serangannya. Meskipun akhirnya merasakan juga beberapa kali tendangan mbak tadi mampir di perut, hehe.

Berduel, ternyata beda dengan yang saya pikirkan semasa cuma jadi pengamat. Pengamat bisa seenak udel memberikan analisa tanpa menanggung resiko lapangan. Tanpa tahu ukuran sakit/tidaknya dari suatu tindakan. Kalau memulai duel/sambung dengan takut, nanti tenaga kita akan melemah. Sebenarnya, kalau kita dianggap lemah oleh pihak lain, itu bisa jadi suatu keuntungan. Karena mereka tak menyangka serangan apa yang bisa kita berikan. Jadi  saya pikir, karena pemberian stigma lemah melekat pada saya, sebaiknya saya tak usah meluruskan pandangan mereka. Hal ini mungkin bisa berguna di suatu masa :).

Bergabung latihan sejak pertengahan tahun ini, saya merasa menyesal. Menyesal kenapa baru di umur 24 saya baru bergabung. Seharusnya, menurut hemat saya, usia paling tepat berlatih itu sejak tujuh tahun, setidaknya. Olah raga ini selain bagus untuk kekuatan dan daya tahan tubuh, juga bagus untuk melatih mental.

No comments:

Post a Comment