Wednesday, December 19, 2012

Braggin' Yerself, Kiddo?


Layaknya orkestra, sebuah perusahaan yang baik terdiri dari individual dengan kemampuan yang mumpuni pada bidangnya serta membutuhkan kerjasama agar menghasilkan output yang baik. Setiap individu, mempunyai perannya masing-masing dalam menentukan arah perusahaan. Ada peranan yang mudah digantikan, dan ada juga yang tidak. Tergantung dari sistem yang diciptakan. 

Seorang pimpinan perusahaan yang baik dan bijak, tahu bahwa keberhasilan perusahaan tidak bisa dikaitkan hanya dengan individu tertentu. Seberapapun baik kemampuannya, pemimpin bukanlah apa-apa jika tak mendapatkan rekan kerja --ya, saya lebih suka menyebut karyawan sebagai rekan kerja-- yang mumpuni. Kalimat seperti 'Perusahaan ini bisa maju dan berkembang karena jasa saya' dan sebagainya itu terdengar menggelitik. Setidaknya telinga saya yang tergelitik karena betapa sering akhir-akhir ini saya mendengar hal semacam itu. 

Menariknya, saya sering melihat rekan-rekan 'pengusaha' yang gemar menonjolkan ego mereka di ruang publik. Kebanyakan dari mereka berusia muda. Tapi tak sedikit pula mereka yang telah paruh baya tak lepas dari tipikal tadi :). Kenapa kata pengusaha di atas dibubuhkan tanda petik? Well, definisi pengusaha bagi tiap orang bisa saja berbeda. Ada beragam jawaban yang saya dapatkan dari teman-teman saya. Mendaftarkan perusahaan ke notaris itu adalah satu hal. Membangun sistem perusahaan dan mampu membuatnya berkesinambungan itu adalah lain hal. Coba cek dulu sumber pendanaannya. Coba tengok produk & cara penjualannya. Coba perhatikan sistem yang dibuat di perusahaan itu. Yang paling penting, coba amati laporan keuangannya. Pengusaha yang memulai sistem dari nol dengan pengusaha yang mendapatkan sistem warisan tentu saja ada perbedaannya. Apakah setiap 'pengusaha' yang ditampilkan di media itu pasti yang terhebat dan terkaya? Hehe. Silakan dicari tahu sendiri.

Lalu, apa yang membuat manusia berusaha menonjolkan dirinya? Haus perhatian? Ingin pengakuan dari manusia lain? Atau justru karena tak percaya diri. Entahlah. Sering saya menemui orang yang berusaha menampilkan segala macam kegiatannya di social media. Atau banyak anak muda yang berlindung di balik kebesaran nama leluhur atau setidaknya menunjukkan ke khalayak tentang harta leluhurnya. Salahkah perbuatan mereka? Tergantung dari nilai yang kita anut. Apapun itu, terselip rasa iba saya terhadap mereka. Mungkin iba bukan kata yang tepat. Saya butuh kata untuk menggambarkan rasa iba tapi juga tak tergerak untuk menolong mereka. Karena yang bisa menolong mereka adalah diri mereka sendiri dan juga Tuhan.  

No comments:

Post a Comment