Friday, July 23, 2010

'Tiba Dada'

Dalam adat budaya Jawa, terdapat suatu kepercayaan jika seseorang berhasil mendapat tiba dada (baca: tibo dodo, dengan penekanan pada huruf b dan d), akan segera menikah.

Tiba dada adalah
hiasan rangkaian bunga melati yang menjuntai dari kepala hingga dada. Biasanya di ujung tiba dada terselip bunga kanthil. Tapi ada juga yang menggantinya dengan mawar.

Saya tidak tahu, apakah tiba dada hanya berfungsi sebagai aksesoris atau juga bersifat simbolis. Maklum, adat Jawa kental dengan hal-hal yang bersifat simbolis.

Biasanya, ibu-ibu akan diam-diam mengambil tiba dada sang pengantin untuk diberikan kepada anak gadisnya.

Siang ini, untuk pertama kalinya, saya mendapat tiba dada. Bukan, bukan ibu saya yang memberikannya. Meskipun akhir-akhir ini Beliau sering menunjukkan muka pengen ketika mendengar kerabatnya mantu atau baru saja menimang cucu. Pelaku 'pencurian' adalah Bulik (Tante) saya. Gak bisa dibilang pencurian juga sih. Mungkin kata lebih tepatnya adalah penodongan. Beliau menodong Oom saya yang menikah pada hari ini. Alasan penodongan: 'Apa kamu gak kasihan sama keponakan-keponakan? Biar cepet nyusul (nikah) ini.'

Yah, beginilah nasib sebagai cucu tertua (berdasarkan urutan kelahiran orang tua, lebih tepatnya dari pihak Ayah). Semua orang tampak mengharapkan agar sang cucu tertua cepat menikah -__-"

Mungkin, ada baiknya saya menguji teori 'siapa-mendapat-tiba-dada-akan-segera-menikah' tersebut :D

#justforfun

Ditulis 21 Juli 2010



2 comments:

  1. Hmmmm....Tiba dada yang istilahnya ? Ibu yang akan memilihkan calon suami yang menurut beliau tepat untuk anak perempuannya ya ?

    Apakah ini semacam budaya lempar bunga, di film Hollywood, dan yang mendapat bunga itu, punya peluang untuk menyusul ke pelaminan, begitu kah ?

    ReplyDelete
  2. Saya pernah baca suatu artikel di internet yang menyatakan bahwa tiba dada adalah suatu simbol harapan agar cinta mereka meresap hingga ke hati.

    [Ibu yang akan memilihkan calon suami yang menurut beliau tepat untuk anak perempuannya ya ?]

    Not really. Meskipun ada kebudayaan yang mengajarkan bahwa anak harus patuh terhadap orang tua, termasuk urusan jodoh, di jaman sekarang saya lihat lebih demokratis. Orang tua hanya bersifat sebagai penasehat saja, tampaknya.

    [Apakah ini semacam budaya lempar bunga, di film Hollywood, dan yang mendapat bunga itu, punya peluang untuk menyusul ke pelaminan, begitu kah ?]

    Ya, ada kesamaan budaya dengan ritual lempar bunga itu. Tapi saya pikir, that's just for fun. Orang cenderung membumbui dengan cerita-cerita yang berkesan romantik saja. Hehehe

    ReplyDelete