Sunday, March 13, 2011
A Tribute to Darsem
Akhir-akhir ini, pikiran saya melayang kepada Mbak Darsem, seorang TKI yang dijatuhi hukuman pancung karena membunuh majikannya. Berdasarkan berita yang beredar, Mbak Darsem membunuh majikannya karena ia berusaha membela diri akibat hendak diperkosa oleh sang majikan.
Memang, Mbak Darsem telah 'dimaafkan' oleh keluarga korban meskipun diharuskan membayar diyat. Tapi saya bingung, siapa sebenarnya korban dalam kasus ini? Apakah Mbak Darsem bisa dikategorikan bersalah karena membela diri? Lha, kalau dia bersalah karena hendak mempertahankan kehormatan diri, lalu apa tindakan yang benar yang seharusnya dilakukan Mbak Darsem? Sebenarnya hukum Islam itu bagaimana? Apakah tidak mempertimbangkan adanya pengakuan dari Mbak Darsem bahwa ia hendak dinodai oleh majikan?
Dibalik semua kesedihan yang mungkin mengiringi kasus ini, terselip suatu pemikiran bahwa Allah sayang sekali dengan Mbak Darsem. Buktinya, terdapat orang-orang yang bahu membahu membebaskan Mbak Darsem dan mungkin, hampir sebagian besar dari mereka tidak pernah bertemu langsung dengan Mbak Darsem. Berdasarkan berita yang saya lihat di internet, dana yang terkumpul hampir memenuhi permintaan yang diajukan keluarga korban. Wahai Mbak Darsem, tetaplah tersenyum. Allah tidak tidur :)
Gambar diambil dari sini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
[ Sebenarnya hukum Islam itu bagaimana? ]Islam menghendaki terwujudnya keadilan sosial, dalam masyarakat manusia, bahkan antara manusia, dengan makhluk lain.
ReplyDeleteMuslim, yang mengaku memegang sumpah berIslam, belum tentu memegang komitmen untuk menghidupkan nilai Islam, Mutya.
Yang tidak menghidupkan nilai Islam, pemerintahnya atau keluarga korban, Kak Galih?
ReplyDeleteSebelum melihat ke subjek, kedua belah pihak, maka harus ada konfirmasi ke keduanya.
ReplyDeleteItu rumit Mutya, karena masing- masing bisa saja mengeluarkan argumen, bahwa memegang prinsip Islami. Pihak Darsem membela kehormatan diri, dan pihak majikan menghendaki qishash. Lalu, pemerintah Madinah berusaha menegakkan hukum ( yang menurut mereka berdasar kalam), dan pemerintah Indonesia berusaha menjaga keadilan dari semua pihak plus melindungi warganya ( yang menurut mereka itu sesuai prinsip kalam).
Kalau sudah begini, maka masing- masing harus dikonfirmasi, dibuat pemodelan, dan diketahui ujung pangkalnya. Pihak Darsem pasti merasa itu benar karena merasa membela diri, pihak majikan juga nggak rela dan ingin menuntut balas. Kedua pihak pemerintah, harus bisa jadi penengah, dan itu tidaklah mudah sama sekali.
Sering menghadapi kasus dilematis semacam ini, dan ucapan yang selalu dipanjatkan berulang adalah, "Tunjukkan ke saya jalan lurus yang harus ditempuh".
Seringnya berposisi jadi penengah sih, jadi semua perspektif harus dilihat, itu berat sekali, karena kalau itu terjadi ke keluarga dekat, sangat bisa jadi sukar mempertahankan sikap objektif.
Oh my.... Mempertahankan ojbektivitas ternyata bisa menjadi pekerjaan yang sangat menantang.
ReplyDelete