Saya: 'Weeeiiiitsss, itu cowok ganteng amat yak'
Aku: 'Eh, Jeng, ngapain sih ngurusin muka orang sampe segitunya?'
Saya: 'He? Maksud kamu?'
Aku: 'Nih ya, muka orang itu hak prerogatif Allah. 'Ganteng' atau 'gak ganteng' itu semua bukan mereka yang minta, tapi murni keputusan Allah. Jadi gak usah menghabiskan waktu mengomentari muka orang deh. Daripada gitu, mending sampeyan mempercantik akhlak.'
Saya: 'Jihihihihi..... Tapi kan kalau dapat suami ganteng, juga sampeyan gak nolak, lagian hitung-hitung perbaikan keturunan.'
Aku: 'Oh ya? Emang ada jaminan kalau orang tuanya rupawan, anaknya pasti rupawan, begitu?'
Saya: 'Yah, setidaknya memperbesar kemungkinan itu terjadi. Namanya juga usaha.'
Aku: 'Nyadar ya Jeng, se-enggak-ganteng-nya muka orang juga sampeyan tetap gak bisa membuat yang serupa dengan itu. Disyukurin aja deh, segimanapun bentuk muka kamu'
Saya: 'Heu, gitu ya. Tapi kan keindahan itu merupakan hal yang sangat menarik perhatian, Non. Dan itu perlu disyukuri.'
Aku: 'Halah, sampeyan itu alasan melulu. Capek aku.'
Saya: *cengar-cengir terus ngacir*
membicarakan wajah seseorang lawan jenis, sep[erti anak sd-smp saja. haha.. yang jelas, di lingkungan saya dulu seperti itu :)
ReplyDeleteHahahaha.... Wajah adalah hal yang paling bisa diamati soalnya Kak. Kalau berbicara pada masalah pikiran dan perasaan orang lain, kan butuh proses juga untuk mengetahuinya.
ReplyDeleteDan tidak dipungkiri bahwa keindahan ciptaan Allah merupakan hal yang sangat menarik perhatian, terutama wajah yang rupawan. Ah, tapi tak semua yang berwajah rupawan punya hati yang rupawan. Hehehe
[yang jelas, di lingkungan saya dulu seperti itu :)]
lalu lingkungan yang sekarang? :D
Eh Kak Ikhwan, coba baca artikel http://www.economist.com/node/17672806
ReplyDeleteAda yang meneliti tentang kecenderungan para wanita yang tinggal di negara dengan Gini coefficient yang rendah terhadap kebutuhan mereka terhadap lelaki maskulin :D