Pernahkah terpikir jika seandainya kita mengadakan mudik sepanjang tahun? Sanggupkah kita?
Setiap kali keluarga saya mudik ke tempat Nenek, kami selalu mempunyai perasaan senang & bersemangat. Hal yang paling menyenangkan adalah ketika kami memperhatikan para pemudik dengan segala tingkah laku mereka.
Ada yang membawa serta istri beserta kedua anak; ada yang sendirian; ada yang dengan enteng ngerokok di pinggir jalan; dan ada saja akal mereka untuk membawa barang yang cukup banyak.
Semua orang tampak bersemangat demi mencapai kampung halaman.
Lalu timbul pertanyaan, apa yang membuat mereka rela berdesak-desakan di terminal, mengendarai kendaraan beratus kilometer, dan terkadang tak terlalu memperhatikan keamanan dengan bertindak ugal-ugalan. Mengapa seolah rasa lelah terhapuskan begitu melihat senyum sanak saudara yang mereka rindukan?
Wow! Luar biasa. Lalu saya berandai jika seandainya semangat mudik diwujudkan dalam aspek kehidupan yang lain, seperti bekerja, beribadah & belajar.
Anda berpikir orang Indonesia pemalas & lembek? Ah, buktinya mereka menjadi manusia paling rajin & tangguh ketika mudik :P
Lalu, bisakah kita mewujudkan semangat mudik di sepanjang tahun? Bisa.
Bagaimana caranya? Dengan mengingat bahwa Tuhan adalah tempat 'mudik' kita.
Selamat mudik, teman-teman. Semoga selamat sampai tujuan. Mohon maaf lahir & batin :)
Setiap kali keluarga saya mudik ke tempat Nenek, kami selalu mempunyai perasaan senang & bersemangat. Hal yang paling menyenangkan adalah ketika kami memperhatikan para pemudik dengan segala tingkah laku mereka.
Ada yang membawa serta istri beserta kedua anak; ada yang sendirian; ada yang dengan enteng ngerokok di pinggir jalan; dan ada saja akal mereka untuk membawa barang yang cukup banyak.
Semua orang tampak bersemangat demi mencapai kampung halaman.
Lalu timbul pertanyaan, apa yang membuat mereka rela berdesak-desakan di terminal, mengendarai kendaraan beratus kilometer, dan terkadang tak terlalu memperhatikan keamanan dengan bertindak ugal-ugalan. Mengapa seolah rasa lelah terhapuskan begitu melihat senyum sanak saudara yang mereka rindukan?
Wow! Luar biasa. Lalu saya berandai jika seandainya semangat mudik diwujudkan dalam aspek kehidupan yang lain, seperti bekerja, beribadah & belajar.
Anda berpikir orang Indonesia pemalas & lembek? Ah, buktinya mereka menjadi manusia paling rajin & tangguh ketika mudik :P
Lalu, bisakah kita mewujudkan semangat mudik di sepanjang tahun? Bisa.
Bagaimana caranya? Dengan mengingat bahwa Tuhan adalah tempat 'mudik' kita.
Selamat mudik, teman-teman. Semoga selamat sampai tujuan. Mohon maaf lahir & batin :)
*ditulis 8 September 2010, empat jam setelah mobil kami sekeluarga nyaris tertabrak mobil dalam perjalanan mudik via Gemolong. Bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup.
asw. mutya, masi inget ga? :D
ReplyDeleteskrg di smrg ya? kpn ke bdg lagi?
izin nge-link ya, silakan mampir ke lapakku juga :D
http://arindaap.wordpress.com
Wa'alaykumussalaam wr wb. Arindaaaa, lama gak denger kabarnya. Ingat kok.
ReplyDeleteIya, sekarang berdomisili di Semarang lagi. Insya Allah dalam waktu dekat mau ke Bandung. Aku link blog Arinda juga ya :D
[...mobil kami sekeluarga nyaris tertabrak mobil dalam perjalanan mudik via Gemolong ]
ReplyDeleteIni Gemolong, Sragen ? Mau kemana targetnya ? Pas Mutya mampir ke Bakso Kadipolo tea ?
Kenal sama Arinda juga ya ? ( ini teh, Arinda SR ?) OOT nih :)
Iya, Gemolong Sragen kak Galih. Ini rencananya mau ke tempat Nenek di Purwosari, Jatim. Emang sengaja lewat jalan ini, meskipun lebih jauh dibandingkan via Purwodadi.
ReplyDeleteKalo yang mampir Kadipolo itu waktu balik dari tempat Nenek. Emang sengaja untuk mencari keramaian suasana mudik
YUp, kenal dong. Hehehe... Oh, kak Galih kenal Arinda juga ya? :D
Oh, iya, ke JaTim memang lewat Sragen. Lewat Sarangan, Gunung Lawu, ke Magetan juga bisa kan ? Ini, kalau mau sengaja cari masalah sih :) ( Sekalian jalan- jalan maksudnya....)
ReplyDeleteIya, dulu sempat "diperbantukan" ke AAEI sebentar, ke Gamais sebentar, ke panitia IEC sebentar, jadi semacam senior caretaker istilahnya :)