Saya berpikir bahwa, berbicara dengan diri, merupakan sebuah kebutuhan utama, yang seringkali diabaikan. Terdapat banyak distraksi yang diciptakan manusia, seperti menonton TV atau terlalu sibuk memikirkan isi kepala orang lain, membuat kita lupa untuk berkomunikasi dengan diri. Penting bagi saya untuk mengenali diri sendiri, karena ini berhubungan dengan ajaran yang saya dapatkan. Prosesnya bisa dilakukan dengan mengasah logika ataupun insting. Berlatih bela diri maupun menggambar termasuk yang melatih insting.
Saat bermeditasi dengan menggambar, saya tak menggunakan penghapus. Mengapa? Karena, sama dengan kehidupan, kita tak dapat menghapus kejadian dalam hidup kita. Jika ada coretan yang tak dikehendaki, modifikasi saja dengan pola lain. Siapa tahu jika hasil modifikasi tersebut, malah menambah keindahannya.
Mmm, berbicara tentang keindahan, saya sepakat dengan idiom "Beauty is in the eye of the beholder". Saya tak berniat untuk membuat gambar yang indah. Saya hanya butuh media untuk menumpahkan isi pikiran dan untuk membebaskan gerak. Kalau berfokus untuk menghasilkan gambar yang indah, biasanya akan menimbulkan perasaan tertekan. Lalu, apa gunanya menggambar jika itu malah menyiksa diri?
Khusus untuk gambar terakhir, saat ini telah berada di tempat sampah saya setelah dipotong dengan gunting menjadi beberapa bagian. Hal ini terinspirasi dari Sophia Rose, seniman kesukaan saya. Dia membuat channel youtube yang sangat menarik. Beberapa diantaranya menampilkan kegiatan sehari-hari dengan tujuan melihat pengaruh frekuensi yang dihasilkan, terhadap tubuh. Menurut saya, Sophie sangatlah jenius. Ia juga tak ragu menghancurkan karyanya sendiri di akhir video.
Saat melihat Sophie menghancurkan kertas gambar, saya tersadar bahwa itulah yang saya cari selama ini. Menghilangkan keterikatan emosional terhadap karya, yang tak jarang membutuhkan waktu dan tenaga dalam membuatnya. Ini mirip dengan elemen "emptiness /sunyatā /kong /kū" dalam Mikkyo. Ini mengingatkan saya juga tentang "papat kiblat, lima pancer" dalam ajaran kejawen, terutama pada bagian lima pancer.
Salah satu orang kesayangan saya --di luar keluarga--, sering mengingatkan tentang kaitan antara triliteral root "syin tha nun" dalam Qur'an dengan perilaku manusia terhadap barang/materi. Nah, dengan menghancurkan karya sendiri, saya pikir, akan sedikit melepaskan keterikatan diri dengan "syin tha nun". Akan tetapi, lelaki bermata badam itu mengatakan, bahwa selama manusia hidup, ia tak akan terlepas dari jin; setan; iblis; maupun malaikat. Well hey, keempat unsur itu mengingatkan saya lagi terhadap papat kiblat.
Wallahu a'lam.
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment