Sunday, January 25, 2015
Mindful Eating
Terkadang, saya lupa kalau proses makan bisa menjadi suatu cara untuk bermeditasi. Makan dengan penuh kesadaran dan tidak menyelingi dengan kegiatan lain, merupakan proses makan yang "sakral". Ada perasaan yang berbeda ketika melakukan mindful eating. Bahkan kadang air mata menetes tanpa diduga. Mindful eating mengingatkan saya akan triliteral root dari Bahasa Arab, yaitu "syin ha dal" -- cek disini atau disini --. Ia mengingatkan saya juga akan root chakra, karena berfokus pada keadaan saat ini, bukan masa lalu ataupun masa depan. Wallahu a'lam.
Wednesday, January 21, 2015
Liebster Award Challenge
Hi, Maximillian! Thanks for nominating me for Liebster Award. According to Liebster Challenge rule, I obliged to:
- Acknowledge and accept the Liebster Award by leaving a comment on the blog, that nominated you.
- Copy and paste the Liebster logo onto your blog.
- Link back to the blogger who nominated you.
- Answer the 11 questions put to you by the person who nominated you.
- List 11 random facts about yourself.
- Nominate and link to 3—11 other blogs you enjoy that have less than 3000 followers.
- List 11 questions for your Liebster Award nominees on your blog.
- Inform your nominees by leaving a comment on their blog.
Well then, shall we begin?
Here are the questions list from Max and my answers:
- Bruce Wayne the Batman, or Tony Stark the Iron Man? Oh Dear, it's obviously Bruce Wayne. I like a serious man. Just like Bruce..... and you hahahaha
- Believe the non existence of God or the God doesn’t care mankind’s belief? Ummm, I prefer the second choice. I agree with Pope Francis saying that God has no religion. God still gives His blessings to all human, regardless their believing. The Mighty One has His own way to show it.
- Joining the crowd of religious non spiritualist, or alone as spiritualist unreligious? What a tough question! Joining the crowd is much safer option when we live in a packed society. But I guess I choose the third option, which is joining the crowd but still keeping the distance from them to maintain the objectivity about anything, including spirituality. Who said we cannot practice "kebatinan" while still going to "pengajian"? Hehe
- Being nice as common sense moral standard, or behaving nice as adaptive behavior? ( human interaction) Neither of them. I do what I'd like to, regardless other opinion (well, maybe, most of it). I realized now, it's very exhausting if we judged ourselves toward every actions while still worrying others' judgment.
- Espresso with sugar or Cappucino no sugar? Cappucino without sugar. The milk will reduce the acidity of coffee, I believe, since I'm having ulcer problem,
- Human genocide by mass poisoning or nuclear bombing ? Mass poisoning. Because bombing will create more mess. Imagined all that uncompleted body spreading all around. It coukd be in on your roof top too.... Besides, nuclear bombing creates more noise.
Friday, January 9, 2015
Tribalhood
Ada satu peraturan tak tertulis --kecuali mungkin di army survival kits-- saat menjalani kehidupan ber-"suku", yaitu berusaha tampil semirip mungkin dengan anggotanya.
Selama dua tahun belakangan ini, saya menjalani kehidupan kesukuan saya yang baru, dengan pengikat bela diri tertentu. Sesuatu yang sangat asing, mengingat sejarah kesehatan saya. Menemui banyak benturan nilai dengan persepsi pribadi.
Sebagai contoh, saya tadinya tak mengenal nilai kekeluargaan dengan mereka yang tak bertalian keluarga akibat darah atau perkawinan. Nilai kekeluargaan ini "dipaksakan" melalui penyamaan beban latihan; seragam; simbol; ritual; kitab yang berlaku; lagu; bahasa; ideologi bahkan perekonomian sampai pada tingkat tertentu --setidaknya tak memperlihatkan kesenjangan yang terlampau jauh--. Apakah pemaksaan tersebut bersifat buruk? Tidak juga. Pemaksaan kadang dibutuhkan untuk mencapai persatuan.
Dengan adanya penekanan pada nilai kekeluargaan, setidaknya saya saat ini mendapat saudara-saudara baru --atau setidaknya begitu, menurut lisan mereka--. Eh sebentar, ada juga sih yang memang menunjukkan sikap kekeluargaan lebih dari sekedar lisan. Mereka nyaris selalu ada saat saya membutuhkan --lalu timbullah hutang sosial saya terhadap mereka--.
Selama dua tahun belakangan ini, saya menjalani kehidupan kesukuan saya yang baru, dengan pengikat bela diri tertentu. Sesuatu yang sangat asing, mengingat sejarah kesehatan saya. Menemui banyak benturan nilai dengan persepsi pribadi.
Sebagai contoh, saya tadinya tak mengenal nilai kekeluargaan dengan mereka yang tak bertalian keluarga akibat darah atau perkawinan. Nilai kekeluargaan ini "dipaksakan" melalui penyamaan beban latihan; seragam; simbol; ritual; kitab yang berlaku; lagu; bahasa; ideologi bahkan perekonomian sampai pada tingkat tertentu --setidaknya tak memperlihatkan kesenjangan yang terlampau jauh--. Apakah pemaksaan tersebut bersifat buruk? Tidak juga. Pemaksaan kadang dibutuhkan untuk mencapai persatuan.
Dengan adanya penekanan pada nilai kekeluargaan, setidaknya saya saat ini mendapat saudara-saudara baru --atau setidaknya begitu, menurut lisan mereka--. Eh sebentar, ada juga sih yang memang menunjukkan sikap kekeluargaan lebih dari sekedar lisan. Mereka nyaris selalu ada saat saya membutuhkan --lalu timbullah hutang sosial saya terhadap mereka--.
Subscribe to:
Posts (Atom)