Penulis: Liem Thian Joe
Tebal: 319 halaman
ISBN: 979-96952-1-X
Semarang merupakan salah satu kota tertua di Jawa Tengah yang bermodelkan kota perdagangan. Posisinya dalam perekonomian masyarakat Hindia Belanda di Pulau Jawa amat penting karena ia merupakan jalur distribusi utama dari barang-barang import untuk disalurkan ke daerah terpencil maupun barang-barang yang hendak di-eksport ke benua Eropa. Bahkan, pada tahun 1702, Semarang menjadi ibukota dari kerajaan Mataram.
Liem Thian Joe dalam Riwayat Semarang lebih banyak menyorot tentang kehidupan Hoakiauw (Tionghoa perantau) di Semarang. Bangsa Tionghoa diperkirakan pada tahun 1416 sudah datang menetap di Semarang. Mereka datang dengan menggunakan perahu jonk, yang kebanyakan mendarat di daerah Mangkang. Setelah keadaan politik & perekonomian Tiongkok memburuk pada masa pendudukan Manchu, maka semakin banyak penduduknya yang memilih untuk merantau, termasuk ke wilayah Semarang.
Pada tahun 1600-an, terdapat banyak kaum peranakan di Pulau Jawa. Mereka berayah Tionghoa dan beribu pribumi. Hal tersebut menyebabkan akulturasi kebudayaan antara Tionghoa dan pribumi. Akan tetapi, kebanyakan anak perempuan dari pernikahan tersebut menganut budaya Ibu-nya (hal 16). Hal ini disebabkan mereka dianggap tidak dapat menurunkan marga dan secara budaya Tionghoa, Ayah tidak dekat dengan anak-anak perempuan mereka.