Dunia akademis adalah wilayah yang menjunjung tinggi segala hal yang berbau rasional dan obyektif. Karena itulah banyak civitas akademis yang menolak, bahkan antipati dengan hal-hal yang postrasional dan metafisis. Alih-alih memercayai bahwa ada kekuatan ghaib yang mampu menggerakkan kesuksesan duniawi, dunia akademis bahkan memaksa civitasnya untuk menghakiminya sebagai tahayul, churafat, dan sebagainya. Akibat langsung dari dunia yang serba rasional itu, mereka melewatkan hal penting yang merupakan bagian dari pusaran dunia, yakni dunia metafisis, spiritual, post-rasional, dan post-material. Ketika muncul masalah yang tak mampu lagi diselesaikan secara rasional, yang terjadi adalah resah gelisah, bahkan bunuh diri pelan-pelan.
Dalam konteks demikianlah sebenarnya, keberadaan tahajjud menjadi penting bagi kalangan akademisi.