Friday, January 10, 2014

Mengaji yang Bagaimana?



Sebuah program membaca satu juz per hari sedang ramai bersliweran di homepage media sosial saya. Penyebab utamanya, kebanyakan jaringan saya di media tersebut diisi oleh "orang-orang masjid". Jauh sebelum program ini muncul di medsos, saya pernah mencobanya.

Membaca Qur'an sehari satu juz, memang memberikan orientasi. Setidaknya, meminjam istilah pacar, "kita itu menunggu mati dengan melakukan berbagai kegiatan". Memang hal tersebut menjauhkan dari TV atau berkomunikasi remeh temeh dengan manusia lain. Akan tetapi, ada yang terasa hilang dalam prosesnya.

Ketika berorientasi mengejar target satu juz, rasanya seperti terburu-buru. Saya lupa menikmati proses membacanya. Hal ini diperparah karena waktu itu, saya tak mengecek maknanya. Makna, bukan terjemahan.

Bahasa Qur'an merupakan bahasa langit. Terjemahannya pun, terasa seperti bahasa alien. Dibutuhkan usaha untuk membumikannya dalam versi yang dapat saya pahami dan jalankan. Melalui situs seperti qorpus quran; Lane's Lexicon; kamus dari Al Balqa Applied University memudahkan saya dalam melihat Qur'an dari sisi yang berbeda.

Metode yang saya gunakan adalah mencari kata kunci dari permasalahan yang dihadapi. Kata kunci itu digunakan sebagai pedoman dalam pencarian ayat serta akar kata dari kata-kata penyusun ayat. Saya lebih suka metode ini dibandingkan membaca seabrek ayat dengan target tertentu tapi tak paham maknanya, yang seakan terasa seperti merapal mantra.