Tuesday, November 26, 2013

Televisi di Ruang Keluarga Kita



Sebelum membaca lebih jauh, mari kita dengarkan lagu Naif yang berjudul Televisi.

"Aku ingin membeli tv 72 inchi. Untuk bisa aku nikmati. Bersama sanak famili"
Awal perkenalan saya dengan TV, di bawah usia tiga tahun. Saya tak tahu dengan pasti kapan. Tetapi, di sudut ingatan, masih tersisa iklan TVRI dengan taglinenya yang terkenal saat itu, " TVRI, menjalin kesatuan dan persaaatuuuaaan".

Berhubung track record saya adalah anak rumahan, kehidupan sehari-hari Mutya kecil dipenuhi dengan suguhan televisi. Meskipun kadang diselingi main "bongkar pasang" -'boneka yang terbuat dari kertas lalu kita yang menjadi sutradaranya-- atau menonton atraksi akrobatik yang dilakukan sering adik atau sekedar membaca buku. Tapi, sebagian besar interaksi saya dibatasi televisi. Main dengan tetangga? Hahaha, nyaris tak pernah. Karena TV, dulu, saya rasa cukup untuk menggantikan manusia nyata.

Saturday, November 9, 2013

Dzikir, Ceunah


Berlatar belakang sekolah Islam sewaktu TK & SMA, sedikit banyak mempengaruhi pola pikir saya tentang iman & agama. Dulu, rukun iman & rukun Islam hanyalah sebuah narasi. Narasi yang dihafalkan. 

Rukun Iman terdiri dari enam butir, yaitu:

  1. Iman kepada Allah SWT
  2. Iman kepada malaikat-malaikat
  3. Iman kepada Kitab-kitab
  4. Iman kepada Rasul-rasul
  5. Iman kepada hari kiamat
  6. Iman kepada qada & qadar

Sedangkan rukun Islam terdiri dari lima butir, yaitu:

  1. Mengucap dua kalimat syahadat
  2. Menunaikan shalat
  3. Menunaikan zakat
  4. Berpuasa di bukan Ramadhan
  5. Berhaji bagi yang mampu
Setelah sekian lama saya hidup dalam lingkungan keluarga yang kebetulan muslim, saya baru sadar. Bahwasanya, sejak awal telah ada dikotomi antara iman & agama. Agama (Islam), sebagaimana terlihat dalam rukun Islam, membutuhkan adanya ritual. Serta dibutuhkan adanya pengakuan dan terlihat oleh orang lain. Sedangkan iman, bisa saja tak dinampakkan. Sesuatu yang bersifat personal.

Akar kata syahadat syīn hā dāl (ش ه د) dalam corpus quran, disebut 160 kali dalam Al Qur'an. Diantara turunan katanya dapat berarti to testify, to bear/make/call witness, testimony, evidence, the seen, martyr, present. Dari kesemuanya, saya mengambil kesimpulan bahwa ketika seseorang disebut bersyahadat, pada hakikatnya ia mengetahui alasan mengapa ia menyebut Tuhan adalah Tuhan, dan paham mengapa mengikuti ajaran Muhammad. Seharusnya ia telah melakukan percobaan tentang kebenaran yang ada dalam dua kalimat syahadat. Seharusnya.....

Mengapa saya mengulangi kata seharusnya pada kalimat di atas? Karena saya pun belum menemukan jawaban kebenaran yang terletak pada dua kalimat syahadat. Terutama pada kalimat terakhir. Saya tak tahu, mengapa di antara sekian banyak manusia, sekian banyak rasul, cuma Muhammad yang diperlakukan istimewa. Kalau Isra Mi'raj dianggap keistimewaan Nabi Muhammad, lalu bagaimana dengan kisah Nabi Idris yang memiliki kemiripan narasi pada Book of Enoch?